Rabu, 18 Januari 2017

Para Pemenang Filmfare Award ke 62 tahun 2017

Film Terbaik: Dangal

Pemeran Utama Pria Terbaik: Aamir Khan for Dangal

Pemeran Utama Wanita Terbaik: Alia Bhatt for Udta Punjab


Debut Pria Terbaik: Diljit Dosanjh for Udta Punjab


Debut Wanita Terbaik: Ritika Singh for Saala Khadoos.


Pemeran Pendukung Pria Terbaik:Rishi Kapoor for Kapoor & Sons.




Pemeran Pendukun Wanita Terbaik : Shabana Azmi for Neerja.

Filmfare Lifetime achievement : Shatrughan Sinha.







Kategori Kritikus


Film Terbaik : Neerja


Pemeran Utama Wanita Terbaik : Sonam Kapoor for Neerja.


Filmfare Critics Award Pemeran Utama Pria Terbaik : Manoj Bajpayee (Aligarh)

and Shahid Kapoor (Udta Punjab).








Kategori Film Pendek


Pemeran Utama Pria Terbaik: Manoj Bajpayee for Taandav.

Pemeran Utama Wanita Terbaik: Tisca Chopra for Chutney.

Film Terbaik Panelis: Khamakha

Film Terbaik Fiksi: Chutney

Film Terbaik Non Fiksi: Matitali Kusti








Kategori Belakang Layar


Sutradara Terbaik : Nitesh Tiwari for Dangal

Dialog Terbaik : Ritesh Shah for Pink.

Screenplay Terbaik: Shakun Batra, Ayesha Devitre Dhillon for Kapoor & Sons.

Naskah Terbaik: Shakun Batra, Ayesha Devitre Dhillon for Kapoor & Sons.

Album Soundtrack Terbaik : Pritam for Ae Dil Hai Mushkil.

Lirik Terbaik : Amitabh Bhattacharya for Ae Dil Hai Mushkil’s ‘Channa Mereya’

Penyanyi Latar Pria Terbaik : Arijit Singht "Ae Dil Hai Mushkil"

Penyanyi Latar Wanita Terbaik : Neha Bhasin for Sultan’s ‘Jag Ghoomeya’

Penyanyi Pendatang Baru Terbaik : Amit Mishra for ‘Bulleya’ from Ae Dil Hai Mushkil

Visual Effects Terbaik: Fan

Penyunting Gambar/ Editor Terbaik : Monisha Baldawa for Neerja

Penata Costume Terbaik : Payal Saluja for Udta Punjab

Choreographer Action Terbaik : Shyam Kaushal for Dangal

Background Score Terbaik: Sameer Uddin for Kapoor & Sons

Choreography Tari Terbaik: Adil Shaikh for Kapoor & Sons’s ‘Kar Gayi Chull’

Kamis, 12 Januari 2017

Nominasi Filmfare ke 62

Penghargaan Filmfare Award diselenggarakan setiap tahun oleh The Times Group untuk menghargai hasil kerja dari para teknisi profesional dan keunggulan artistik dalam dunia industri perfilman India. Perayaan Filmfare merupakan salah satu acara tertua diIndia. Penghargaan ini diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1954 di mana pada tahun yang sama Pemerintahan India memberikan Penghargaan Film Nasional. Penghargaan Film Nasional merupakan penghargaan yang diberikan oleh pemerintahan India berdasarkan keputusan panel yang telah ditunjuk oleh Pemerintahan India. Sedangkan Penghargaan Filmfare berdasarkan voting yang diberikan oleh masyarakat dan komite ahli.

Dan ini dia Nominasi dari Penghargaan Filmfare ke 62, para jawara akan diumumkan pada hari sabtu 14 Januari 2017 pukul 18.00 waktu setempat, di India.

Film Terbaik

Dangal
Kapoor And Sons
Neerja
Pink
Sultan
Udta Punjab

Sutradara Terbaik

Abhishek Chaubey - Udta Punjab
Ali Abbas Zafar - Sultan
Karan Johar - Ae Dil Hai Mushkil
Nitesh Tiwari - Dangal
Ram Madhvani - Neerja
Shakun Batra - Kapoor & Sons

Pemeran Utama Pria Terbaik

Aamir Khan - Dangal
Amitabh Bachchan - Pink
Ranbir Kapoor - Ae Dil Hai Mushkil
Salman Khan - Sultan
Shah Rukh Khan - Fan
Shahid Kapoor - Udta Punjab
Sushant Singh Rajput - MS Dhoni: The Untold Story

Pemeran Utama Wanita Terbaik

Aishwarya Rai Bachchan - Sarbjit
Alia Bhatt - Dear Zindagi
Alia Bhatt - Udta Punjab
Anushka Sharma - Ae Dil Hai Mushkil
Sonam Kapoor - Neerja
Vidya Balan - Kahaani 2

Pemeran Pendukung Pria Terbaik

Diljit Dosanjh - Udta Punjab
Fawad Khan - Kapoor And Sons
Jim Sarbh - Neerja
Rajat Kapoor - Kapoor & Sons
Rajkummar Rao - Aligarh
Rishi Kapoor - Kapoor And Sons

Pemeran Pendukung Wanita Terbaik

Kareena Kapoor Khan - Udta Punjab
Kirti Kulhari - Pink
Ratna Pathak Shah - Kapoor And Sons
Richa Chadda - Sarbjit
Shabana Azmi - Neerja

Album Soundtrack Terbaik

Amaal Mallik, Badshah, Arko, Tanishk Bagchi, Benny Dayal and Nucleya - Kapoor & Sons
Amit Trivedi - Udta Punjab
Meet Bros, Amaal Mallik, Ankit Tiwari & Manj Musik - Baaghi
Pritam - Ae Dil Hai Mushkil
Shankar-Ehsaan-Loy - Mirzya
Vishal-Shekhar - Sultan

Lirik Soundtrack Terbaik

Amitabh Bhattacharya - Channa mereya (Ae Dil Hai Mushkil)
Gulzar - Aave re hitchki (Mirzya)
Gulzar - Mirzya (Mirzya)
Irshad Kamil - Jag ghoomeya (Sultan)
Kausar Munir - Love you zindagi (Dear Zindagi)
Late Shiv Kumar Batalvi - Ikk kudi (Udta Punjab)

Penyanyi Pria Soundtrack Terbaik

Amit Mishra - Bulleya (Ae Dil Hai Mushkil)
Arijit Singh - Ae dil hai mushkil (Ae Dil Hai Mushkil)
Arijit Singh - Channa mereya (Ae Dil Hai Mushkil)
Atif Aslam - Tere sang yara (Rustom)
Rahat Fateh Ali Khan - Jag ghoomeya (Sultan)

Penyanyi Wanita Soundtrack Terbaik

Kanika Kapoor - Da da dasse (Udta Punjab)
Jonita Gandhi - Break up song (Ae Dil Hai Mushkil)
Neeti Mohan - Sau aasman (Baar Baar Dekho)
Neha Bhasin - Jag ghoomeya (Sultan)
Palak Mucchal - Kaun Tujhe (MS Dhoni: The Untold Story)
Qurat-ul-Ain Balouch - Kari kari (Pink)

Sumber: Filmfare.com

Rabu, 11 Januari 2017

Review Film “Sabtu Bersama Bapak : Tak akan pernah gagal mengikuti pesan orang tua”




Produksi                  :  Max Pictures
                                   Falcon Pictures
Sutradara                 :  Monty tiwa
Produser                  :  Ody Mulya Hidayat
                                    HB Naveen
Penulis Naskah        : Monty tiwa
                                   Adhitya Mulya
Cast                          : Abimana Aryasatya
                                    Ira Wibowo
                                    Arifin Putra
                                    Deva Mahenra
                                    Acha Septiasa
                                    Sheila Dara Aisha
                                    Ernest Prakasa
                                    Jennifer Arnelita                                           
                                    Rendy Kjaernett


                Cerita dimulai dari datangnya surat Badan Kanker Nasional, mengabarkan bahwa Gunawan (Abimana Aryasatya) mengidap suatu Kanker dan hidupnya hanya tinggal setahun lagi, meninggalkan istrinya Itje (Ira Wibowo) dan dua anaknya yang masih SD, Satya dan Saka. Mengetahui hidupnya tak lama lagi dan tak ingin melepas begitu saja tanggung jawabnya sebagai suami dan bapak untuk kelanjutan hidup istri dan anak-anaknya, Gunawan membuat rekaman video yang berisi wejangan-wejangan bagaimana keluarganya menjalani hidup kedepannya ketika saat di meninggal nanti. Yang akan ditayangkan oleh istrinya disetiap hari sabtu. Setelah menyelesaikan semua rekaman itu, Gunawan meninggal. Seiring berjalannya waktu, Itje, Satya dan Saka sukses dibidang mereka masing-masing berkat wejangan bapak di hari sabtu. Satya dan Saka tumbuh dewasa dan telah matangpun, mereka selalu ingat akan nasehat bapaknya disetiap mengambil langkah. Tapi, apakah wejangan bapak di hari sabtu itu berlaku mulus di setiap perjalanan hidup mereka?
                Diadaptasi dari Novel laris karya Adhitya Mulya dengan judul sama, tapi saya tak lebih dulu membaca novelnya, karena tak ingin membandingkan antara Novel dan Filmnya. Menurut saya film mempunyai sisi indah tersendiri begitu juga Novel. Jadi, tak adil menyamakan esensi membaca Novel dan menonton film.
                Mulanya, karena membaca judulnya, saya menduga film ini adalah cerita tentang anak-anak Gunawan yang setiap sabtu menonton rekaman ayahnya itu sampai filmnya habis. Tapi, dugaan saya salah, menonton rekaman yang berisi pesan-pesan Gunawan hanya sepuluh menit awal. Film lebih menceritakan bagaimana Itje, Satya dan Saka menjalani kehidupan dipandu wejangan bapak di hari sabtu. Pengubahan mindset itu keren, karena penonton tak dapat menebak isi dari film, begitulah salah satu esensi dari menonton film.
                Film ini menceritakan tiga sisi karakter, yakni Itje (Ira Wibowo), Satya (Arifin Putra), Saka (Deva Mahenra). Sisi Itje, pergulatan bathin diri sendiri. Kondisi yang tak lagi memungkinkan untuk mewujudkan janji Itje pada suaminya. Sisi Satya bersama istrinya, Risa (Acha Septriasa), persoalan ego rumah tangga antara Saka yang ambisius dengan kesederhana Lisa. Konflik paling berat dari cerita berada di sisi ini. Sisi Saka yang canggung dan pemalu dalam persoalan mencari pasangan hidup.
                Untuk sang sutradara, Monty Tiwa, ini adalah film terbaiknya. Ia sangat baik dan sangat adil memporsikan tiap sisi tanpa ketimpangan, tak berat sebelah. Akting para pemainnya luar biasa, benar-benar natural, dan cocok dengan karakternya masing-masing,  apalagi Abimana. Berperan menjadi suami dari Ira wibowo yang mungkin sudah seusia ibunya. Tapi ia sangat meyakinkan memainkannya seolah mereka seumuran. Hanya yang kurang lakonan dari dua anak lelaki Risa yang terlalu monoton dan kaku, selebihnya, keren.
                Dan yang paling patut diacungi jempol adalah Deva mahenra. Aktingnya benar-benar matang, ia terus berkembang dari tiap-tiap film. Deva mampu membuat warna dari Film ini. Drama yang dibalut komedi yang unik dan cerdas, mengalir begitu saja tanpa dipaksakan dan diada-adakan lucunya seperti kebanyakan Film Indonesia lainnya, membuat komedi itu menjadi garing, hambar . Sisi Deva selalu dinanti dan membuat betah untuk menunggu kejutan selanjutnya. Dari film ini, Deva memberi warna baru untuk Perfilman Indonesia.
                Sinematografi , warna, dan scoring dari film meski tak ada yang baru dan wah! Tapi tetap bagus dan tak jenuh menontonnya. Tapi, saya suka sinematografi one Shot antara Abimana berdebat dengan Arifin Putra dan Deva saat mengetahui kondisi dari Ira. Dialog yang terselipi kata-kata mutiara yang pas, tidak mengumbar-umbar motivasinya. Istilahnya, bukan film jualan kata mutiara. hanya pemilihan kata saat dialog antara Gunawan dan Itje yang sedikit aneh. Selebihnya, keren.
                Secara keseluruhan, filmnya bagus dan saya rokemendasikan untuk ditonton. Cocok untuk semua kalangan. Saya pastikan, ada yang bisa diambil dari film ini untuk dijadikan pelajaran agar hidup kedepannya lebih baik.

Minggu, 08 Januari 2017

5 film Out of the box The 3 Khan

5. Chak De India


           Dibintangi oleh SRK (Shah Rukh Khan) sebagai Kabir Khan, mantan kapten Timnas Hoki India yang memiliki luka masa lalu hingga membuat Ia dan Ibunya terusir dari lingkungan tempat tinggalnya lantaran gagal mengeksekusi pinalti dimenit akhir, sehingga India gagal menjadi juara.
           Tujuh tahun kemudian, setelah pergelutan panjang, Asosiasi Hoki India memberinya kepercayan melatih Timnas Hoki Putri India, yang dianggap sebelah mata untuk bertanding di Kejuaraan Internasional Hoki Wanita.
           Film ini menceritakan tentang pembuktian dari mereka-mereka yang dipandang sebelah mata. Sudah beberapa kali, baik Bollywood sendiri maupun lainnya mengangkat tema seperti ini. Namun, sang sutradara, Shimit Amin sangat cerdas mengeksekusi naskah ke dalam layar, pendekatan yang apik dan menampilkan emosi-emosi yang sangat sering dirasakan banyak orang namun sering terlupakan untuk disampaikan.
           Lebih dan Plusnya film ini, SRK sangat kontras dari film-film flamboyannya SRK, melihat sisi lain kepiawaian lakonan dari SRK. Hingga kita melihat Kabir Khan adalah Kabir Khan, bukan SRK. Tidak melebih-lebihkan, namun itulah yang saya dapatkan setelah habis menonton film ini.


4. Swades : We Are The People

          Bercerita tentang Mohan Bargava (Shah Rukh Khan) yang baru mendapat pasport USA. Mohan bekerja di NASA, cita-cita semua orang yang terobsesi dengan kerahasian antariksa ingin berkarir. Mohan mendapati surat agar secepatnya kembali ketanah kelahirannya, India. Untuk menjenguk Bibinya yang sedang sakit, yang telah merawat Mohan sejak Ia yatim piatu.
          Setibanya di India, Mohan terkejut mendapati kehidupan masyarakat disana yang sangat terbelakang. Istilahnya, ketinggalan zaman dan enggan mengejar ketertinggalan tersebut.
           Film ini menekankan sisi kepedulian humanisme yang nasionalisme. Maksudnya, kepedulian terhadap lingungan sekitar. Dan lagi-lagi SRK membuktikan ia bukan hanya pelakon bertumpang tampan. Acting dari SRK di larut dalam naskah yang apik membuat film ini sangat indah.



3. DANGAL


          Berkisah tentang Mahavir Singh Phogat, mantan atlit Nasional Gulat, namun harus mengubur impiannya untuk berlaga di kancah Internasional lantaran Pemerintah India tak menjamin kelangsungan hidup para atlit. Mimpi itu ia wariskan pada kedua putrinya. Geeta (Fatima Sana Shaikh) dan Babita (Sonya Malholtra)
          Sudah banyak juga Film India yang bertema from nothing to something dan disampaikan dengan alur hitam putih khas Bollywood seperti ini. Tapi, jika Aamir Khan bermain dalam suatu film, itu pasti bukan film biasa.
          Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini menyampaikan emosi-emosi yang sangat sering dilupakan dalam film-film bertema sama. Kita juga diajak melihat bagaimana Mr. Perfectionist (julukan Aamir Khan) menjadi seorang pecundang.
          Speechlees, film ini sangat keren, sangat disayangkan diabaikan begitu saja.

2. Fan


            Film ini, menurut saya tentu saja, adalah pembuktian dari Sakh Rukh Khan bahwa Ia benar-benar sangat layak dijuluki King Of Khan. Kepiawaiannya dalam berlakon kali ini memang sangat luar biasa. Tonton saja, Saya speechless😀


1. SULTAN


              Kenapa film ini menjadi jawaranya? Jawabanya, kita akan melihat out of the boxnya dari Salman Khan.
              Salman Khan, notabe filmnya adalah dewa, satu pukulan bisa membuat sepuluh orang melayang, gestur tubuhnya yang kaku membuat wanita-wanita semlohai pangling ke pelukannya. Namun film ini adalah kebalikan dari semua kenotabean film-film Salman Khan. Kita akan melihat seorang Salman Khan menjadi seorang manusia biasa bukan menjadi dewa seperti film-film terdahulunya

Negeriku

Bagiku
Hidup sangatlah sederhana
Seperti renyah tawa kita menertawakan ketololan kita sendiri
Seperti seorang ayah yang bangga anaknya cakap mengaji
Seperti perempuan yang menutup mahkota dengan bersahaja

Tapi, dunia tidak sesederhana itu
Dalam renyah tawa kini mengandung siasat
Cendekiawan-cendekiawan menipu dengan bersahaja
Mesjid yang ditinggal berjuta malaikat didalamnya, diperebutkan karena materi

Mana kesederhanaan kita
Mana kebersahajaan kita
Dimanakah kemanusiaan kita sekarang

Dulu semua berjanji, tulus sekali
Dipamplet-pamplet, dimimbar mesjid, di koran koran
kulihat kalian mengikarkan demi negeri ini
Tapi, sekarang, kau tipu kami dalam ketidaktahuan
Kau rampok kami dalam kebersahajaan

Jangan lagi menipu
Aku ingin melihat negeriku tersenyum dengan tulus
Bukan seperti senyum kalian sekarang
Di pamplet- pamlet megah